Lucedale

View Original

Pregnancy: Planning Your Personalised Maternity Photoshoot

See this content in the original post

FIVE THINGS ABOUT PLANNING YOUR

PERSONALISED MATERNITY PHOTOSHOOT


  1. THINK ABOUT A CERTAIN MOOD THAT IS CLOSE TO YOUR PERSONALITY OR COMFORT

    Yak, semuanya kembali pada: mood. Kita udah ada bayangan lah ya soal foto maternity pada umumnya, yang ada di pinterest maupun di media sosial orang-orang. Ada yang fotonya sama pasangan, ada yang pake properti barang-barang calon bayi, ada yang bawa papan bertuliskan tanggal due date, dan sebagainya. Ada yang foto di studio, ada yang di padang gurun atau di kolam renang. Banyak banget pilihannya! Yang perlu dipikirkan pertama gampang aja kok: apa yang benar-benar kita suka dan punya makna yang dekat dengan hati kita. Saat memikirkan mau foto kemarin, yang terlintas di pikiran saya ya memang cuma foto yang sederhana dan “dekat” dengan alam —baik itu cuma pohon atau rumput pun cukup. Saya juga nggak pengen foto sama Pak Gege karena kami nggak cocok foto ala-ala, dan dia nggak bakalan bisa natural foto di rerumputan hahahaha. Jadi daripada memaksakan sesuatu yang kurang nyaman, dengan potensi hasil yang kurang natural juga, dari pertama pikiran saya memang pengen foto sendirian aja. Tapi ada pasangan lain yang suka foto couple, dan pasangannya bisa tuh misal dipakein kostum kembaran atau semacamnya, nah monggo banget didiskusikan sama pasangan… Pokoknya kalau foto disiapkan dengan rencana yang kita suka dan tertarik banget, pasti hasilnya bagus deh. Sahabat saya foto maternity temanya monokrom, karena dia dan suaminya memang sangat fanatik warna monokrom hahaha. Ada juga sahabat satunya yang cuma foto tangan dan perut, sekelibat aja kelihatan bayangan dirinya, karena nggak pengen fotonya kelihatan muka. Akhirnya hasilnya jadi “mereka banget”, kelihatan personal dan punya makna unik, menjadikan foto tersebut istimewa bagi mereka dan bagi orang luar yang melihat juga.

  2. WORK WITH A PHOTOGRAPHER FRIEND, OR SOMEONE YOU CAN BE COMFORTABLE WITH

    Nah ini penting juga nih. Menurut saya, foto saat lagi hamil tua (karena biasanya foto maternity dilakukan saat perut buncitnya udah cukup kelihatan ya) itu beda banget prosesnya dibandingkan foto lain saat kita lagi nggak hamil. Lamaran kek, kawinan kek… pas hamil bisa jadi ketahanan kita berubah, mood juga gampang naik turun, dikit-dikit gampang haus dan sesek napas karena perut udah penuh, misal. Salah satu alasan kenapa awalnya saya ngga kepikiran mau foto maternity ya karena males ngebayangin harus foto sama fotografer baru, mengingat saya lahiran di Jogja kan ya dan kebanyakan teman baik yang fotografer domisilinya di Jakarta. Males penyesuaian untuk jaim aja karena saya sadar bakalan mager dan bisa banget tiba-tiba jutek pas kelelahan saat foto 😝 Mangkanya dibutuhkan fotografer yang saya udah kenal, atau bisa percaya, untuk memahami kondisi tersebut hehehe. Begitupun kalau kalian mau hire vendor ya, ada baiknya kenal dulu atau pernah ketemuan dulu, supaya nggak terlalu sungkan atau kaku saat sesi foto berlangsung. Nggak mau kan lagi hamil tua berat-berat gitu dapet fotografer jutek atau MUA yang nggak ramah pas diminta touch-up, misal. Make sure you like the vendors you’ll be spending the whole session with. Trust me, it really matters.

  3. CHOOSE YOUR PRIORITY: THE RESULT VS THE PROCESS

    Perkara foto maternity emang cuma bisa dijadikan dua prioritas aja: mau lebih berat ke hasilnya, apa prosesnya? Kalau pengen hasilnya bener-bener sesempurna yang ada di referensi kamu, ya pasti ada effort yang harus diutamakan. Misal maunya ngejer sunset ya mau nggak mau harus pas tuh timing-nya untuk bisa dapet foto bagus di kala sunset. Maunya foto ala ballerina ya pasti kostum harus paripurna begitu juga dengan makeup dan hairdo-nya. Properti lumayan jadi kunci biasanya, dan nggak ada terlalu banyak waktu buat males-malesan. Sedangkan untuk tipe saya yang mementingkan proses, lebih tepatnya “proses-yang-maunya-nyaman-titik”, hasil tuh nomer dua deh. Nggak ngarep hasil yang gimana-gimana banget yang penting pas foto nggak kecapekan atau ngoyo. Jadi ya tiap capek dikit berenti, ngemil dulu, ngobrol dulu… Udah agak mendingan trus foto lagi. Tetiba kepanasan pas foto di rumput, ngadem dulu sebentar, ngobrol lagi… begitu seterusnya. Tapi nggak boleh ngotot hasil fotonya harus sempurna, karena ya tergantung sama kitanya pas difotoin, kan? Semakin banyak istirahat ya semakin dikit scene yang akan didapat, misal. Konsekuensi-konsekuensi ini bisa kita perkirakan sedari awal jadi pas eksekusi bisa langsung menyesuaikan, maunya gimana, dan bisa memperkirakan hasilnya akan bagaimana juga.

  4. FIND YOUR COSTUMES AND DECIDE HOW YOUR WHOLE LOOK WILL BE

    Ini gampang-gampang susah, ya. Semakin kepengenan kita ribet ya pasti wardrobe dan properti yang harus dicari makin memakan waktu juga. Jangan sampe pas hari H pemotretan kita malah masih pusing cari printilan atau nggak yakin mau makeup-nya seperti apa, misal. Buang-buang waktu soalnya, apalagi kalau lokasi fotonya pakai sewa (seperti di studio, biasanya kan terbatas jamnya… atau mau foto di pantai, kan harus pas jam tertentu supaya nggak flat cahayanya atau keburu gelap). Kalo mau gampang ya pilih kostum sama look yang ngga terlalu susah yaa 😬😬😬

  5. BE VERY MUCH YOURSELF AND HAVE FUN!

    Pada akhirnya, kita sendiri yang bisa merasakan pengalaman foto ini, bersama dengan calon bayi kesayangan yang ada di perut. Selama pemotretan, ngga perlu terlalu memikirkan masalah atribut seperti kayak apa nanti hasilnya, keliatan cakep kah gendut kah pucet kah atau enggak… Seneng-seneng aja ya! Sesekali minta intip hasil fotonya ke fotografer buat lihat progress, siapa tau bisa kasih ide untuk pose atau jepretan setelahnya. Setel musik, sesekali joget kecil. Bukankah kita sedang menciptakan kenangan untuk diri kita kelak, dan memori bersama si kecil untuk bisa dibicarakan bersama suatu hari nanti? Have the most possible fun during the session, do it for yourself, and for the baby!


See this content in the original post

See this content in the original post